Selasa, 28 September 2021

Talking About Dreams


Halo, salam kenal. Orang bilang "tak kenal maka tak sayang", padahal seharusnya " Tak kenal maka mari kita berkenalan" Hahaha.

Omong-omong kalian bisa panggil diriku dengan nama pendek, Umita. Salah satu orang yang saat ini berkewajiban untuk menulis tiga lembar dalam hitungan word ukuran A4 suatu hal yang rasanya sangat baru untuk dicoba dan sepertinya sangat menyenangkan, yap, Autobiography

Dari tema yang telah ditentukan, mari kita bercerita tentang satu hal yang semua manusia di bumi memilikinya, tanpa terkecuali. 

It's about dreams. 

Berbicara tentang mimpi, sangat patut jika dijabarkan bahwa mimpi adalah tujuan paling nyata dari segala bentuk kemungkinan, hal paling luar biasa bagi setiap orang dengan tujuan hidupnya.

Salah satu contoh sederhana misalnya, ketika kecil kita bermimpi untuk pergi ke pantai bersama keluarga untuk bermain pasir atau sekedar menikmati hembusan angin, berbelanja ke pasar malam bersama teman untuk naik wahana yang disediakan dan jajan makanan ringan atau sekedar ikut menikmati keramaiannya, mendapat nilai terbaik setelah susah payah semalaman belajar, atau bahkan bermimpi untuk dapat satu frame dengan idola. Sederhana, ya. Tapi jika terwujud pasti akan terasa seperti "aku ini adalah orang paling beruntung di dunia".

Mulanya mimpi itu pasti bermula dari rasa ingin, kemudian berharap, menetapkan tujuan, setelah itu berusaha mati-matian untuk mewujudkan. Jika gagal coba lagi, gagal lagi coba lagi, perbaiki strategi, coba lagi, biasa, mari kita sebut sebagai siklus mengejar mimpi

Jika ditelisik ulang, tujuannya hanya satu, kebahagiaan. Yap betul, hidup ini tentang bagaimana mencari bahagia dan membahagiakan dengan semua mimpi yang kita miliki.


[]


Bagaimana dengan mimpi yang diriku miliki selama ini? Dari panjangnya umur yang diberikan tuhan, dari beribu kesempatan yang disuguhkan.

 “Kamu, nanti kuliah? mau ambil jurusan apa?”

Sebuah pertanyaan untuk semua siswa yang memasuki waktu enam bulan sebelum dilaksanakan ujian nasional. Satu kalimat, yang mungkin dari sebagian besar manusia mimpinya bermula.  Magic question.

Pertanyaan yang membuat otak berkerja keras, memilih dan menentukan hal terbaik untuk digapai, sebuah cita-cita dan mimpi untuk masa depan. Sepertinya enam bulan bukan waktu yang cukup untuk memutuskan. Mari bermain role player, pakai garis miring, //memasuki masa krisis jati diri//, hahaha.

Waktu itu aku gagal dua kali dalam ujiannya, menguatkan diri, terus berkata dan menanamkan di benak.

Gak apa-apa, mungkin belum rezeki untuk kuliah tahun ini, berarti harus lebih banyak belajar lagi, perbaiki diri dan doa lebih banyak. Tuhan mau lihat, sebesar apa usahaku untuk mendapatkan sebuah mimpi itu".


[]


Satu tahun setelahnya, tanpa diduga, bahkan sebelumnya sudah pasrah, satu mimpi terwujud, yaitu berkuliah di universitas negeri. Kalian tahu? Bukan aku yang paling bahagia, tapi kedua orang tuaku. Bisa dibilang satu mimpi yang didapat itu bukan atas dasar usahaku sendiri melainkan sembilan puluh persen atas restu dan doa kedua orang tua dan aku lebih bahagia melihat orang tuaku bahagia. Ah, ini salah satu mimpi kecil namun juga besar yang ingin aku lihat dan rasakan setiap harinya, melihat senyum orang tua.

Berjalan satu tahun kuliah, Alhamdulillah semua berjalan lancar. Tapi ada satu hal penting yang harus diperjuangkan, ekonomi. Ya, kadang aku dan keluarga ada dimasa bertanya, “besok bisa makan pakai apa, ya?”. Maka, aku berusaha sedikit lebih keras untuk menjaga satu kata yang berawalan huruf 'e' itu, menjadi guru privat adalah jalan baik untuk menambah ongkos kuliah.

Aku percaya, mereka yang berkuliah sambil bekerja adalah orang-orang yang hebat, memurunkan sedikit ego, meninggikan lebih banyak rasa sabar. Bangun lebih pagi untuk mengerjakan tugas dan berkuliah, pulang lebih malam dan beristirahat lebih sedikit setelah lelah seharian berada di luar. Mereka orang-orang hebat yang berusaha memperjuangkan semangat mereka untuk terus menyala, orang-orang hebat yang berusaha bertahan menapaki masa depan dengan alas kaki yang sedikit lebih berat dipakai untuk melangkah. 

Ada satu kalimat yang selalu disimpan ketika diri ini berada dititik yang cukup melelahkan,

“orang sukses juga sama sepertimu, lelah. Tapi mereka bertahan”. 

Maka, dimasa perjalananku yang tidak seberapa ini, tugasku hanya satu, bertahan.

Sampai kabar membahagiakan datang lagi, rasanya Tuhan selalu berbaik hati memberikan uluran tangan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki. Entah apa yang telah aku lakukan hingga merasa pantas untuk menerimanya. Aku mendapatkan beasiswa dari Baitulmaal Muamalat. Kata terimakasih tidak akan pernah cukup jika disampaikan beratus kali kepada donatur dan Baitulmaal Muamalat dengan segala kemurahan hatinya kepada kami untuk membuat kami tetap bertahan meraih mimpi, terimakasih, terimakasih sekali lagi. Atas kabar membahagiakan itu ada satu cahaya yang menyala dengan terang, yaitu masa depan.

Diwaktu yang hampir bersamaan, di akhir semester lima. Seorang dosen menawarkan untuk bekerja sama membuat sebuah jurnal ilmiah bersama seorang teman. Awalnya kami bingung, masih jauh rasanya kata mampu bagi kami untuk membuat sebuah jurnal. Tapi bukankah dengan begitu beliau percaya kepada kami?

Hampir dua minggu berjalan kami berkutat mengambil sitasi dari berbagai jurnal internasional, menyatukan kalimat yang bahkan belum kami mengerti. Tapi beliau terus mendorong kami, belajar lagi.

Waktu itu, jurnal pertama yang kami buat hampir dua bulan lamanya gagal dan tidak diterima, sedih rasanya mengingat ketika membuat jurnal itu kami tidak bisa pulang ke rumah karena harus mengerjakannya di kampus ketika libur semester selama satu bulan. Di sela rasa rindu bertemu orang tua di rumah, ingin sekali pulang. Tapi ibu selalu berpesan kepada anaknya yang lemah ini “semangat terus ya, anggap saja tugas-tugas tambahan itu sebagai pengalaman, kalau-kalau suatu saat kamu butuh”

Ya, pengalaman adalah guru terbaik. Kami melanjutkan tugas yang diberikan oleh beliau, namun kali ini dalam bentuk proposal ilmiah. Tidak disangka bulan maret 2020 proposal itu diterima oleh fakultas. Rasa tidak percaya dan kaget, mengingat pernah sampai mengeluh lelah ketika menyusun 52 lembar proposal ilmiah tersebut. Semuanya terbayar dengan kata “diterima”.

Masih bersama beliau, satu lagi proposal dibuat. Dari info yang didapat melalui website Kemdikbud pada acara pemberdayaan mahasiswa penyandang disabilitas dengan pendidikan khusus. Tanpa disangka, proposal yang aku buat lolos. Kabar yang paling membahagiakan adalah akan diadakan workshop di Bali dengan biaya yang akan ditanggung oleh panitia. Bali? Bali dan Pesawat? Aku tidak pernah membayangkan sedikitpun, bahwa semasa kuliah ini akan pergi dengan pesawat, pergi ke tempat yang tidak diduga sama sekali, pulau dewata, pulau dengan seribu candi, tujuan destinasi dunia, Bali.

Tentu, ada salah satu mimpi yang aku tulis pergi ke tempat yang indah bersama keluarga menggunakan pesawat, suatu saat nanti. Tidak pernah terbayangkan bahwa mimpi itu akan terwujud saat kuliah. Bukankah Tuhan maha baik? Memberi hadiah kepada setiap manusia tanpa pilih kasih.

16 Oktober 2020, Tanah Lot, Bali, salah satu tempat yang aku ingat sekali hingga saat ini. Harum suasananya, biru lautnya, ukiran pura-nya, indah, indah sekali. Mungkin setiap orang yang berkunjung ke Bali akan selalu jatuh hati dan akan merapalkan doa “suatu saat aku akan pergi ke Bali lagi”.

Di Bali, ternyata tugasnya lebih sedikit banyak, hampir tidak tidur untuk menyelesaikan revisi yang telah dinilai oleh ahli, waktu itu sempat menangis, sulit, bertanya sendiri dalam hati, apakah ini benar? Bagaimana jika salah? Apakah sesuai dengan yang diharapkan? Tapi semua tetap dilanjutkan dan diselesaikan, karena itu sebuah keharusan. Setelahnya, pembuatan jurnal hampir satu bulan dilakukan sebagai hasil akhir dengan indeks internasional. Bangga bukan main, kesempatan yang tidak didapat dua kali ini berhasil menjadi kenangan paling indah dimasa kuliah. Pencapaian luar biasa yang tidak pernah dibayangkan.


[]


Hari ini aku akan menulis mimpi-mimpi lain, akan aku lantunkan dalam doa setiap barisnya. Aku tidak berharap tinggi tapi akan kuusahakan semampuku untuk menggapainya. Janji seorang pemimpi.

Aku tidak pernah sendiri, aku akan berjalan lebih jauh dan lebih baik dari sebelumnya. Bukan untukku, tapi untuk orang-orang istimewa yang telah berjasa dan mendoakanku.


For your dreams that you have written down. Just remember your motivation, one thing that make you going for better.


A dreamer, wishing everything will be come true.

Christi Umita Meyputri


Edited from Autobiography "Mimpi Yang Tidak Terduga" for Beasiswa Sarjana Muamalat, 2021.