Rabu, 22 Juli 2020
Takdir Kehilangan
Jalan Sukses - Tentang Kamu
Minggu, 19 Juli 2020
Aku Telah Mati (Puisi)
Sabtu, 18 Juli 2020
Berduka (Puisi)
Selasa, 14 Juli 2020
Satu dekade, Juli #3
Sabtu, 11 Juli 2020
Sarah (Bag 2)
Satu dekade, Juli #2
Sarah (Bag 1)
Setelah (Puisi)
Mungkin kita lupa, hakikat hidup bersama
Merajut damai dan merengkuh sahaja
Saat tempat hancur merata oleh buta
Menyisakan abu, yang tua karena bahasa
Menangisi kenang, yang rapuh akibat kata
Si Jumawa, beranggap memberi hidup ribuan mereka adalah kuasa
Si mereka meronta, atas ketidakpedulian dan ego dari niat berbeda pemilik harta
Jelas, neraca penghidupan memang tidak pernah seimbang dirasa
Aih aih.
Dekil, kumuh, rusuh
Yang pintar pura-pura tuli
Yang mampu pura-pura bisu
Tersirat, sedih, sakit, sekarat
Ada yang berucap: biarkan, mereka, bukan siapa-siapa
Tenang, tenang
Yang Maha Kuasa akan mengenang
Ssstt, ssstt, ini rahasia
Setalah berucap, semua dicatat malaikat
Maka, kalimat-kalimat akan memberikan fakta
Sesiapa berucap menepati damai akan dibayar dengan rengkuhan sahaja
Dan, bahasa-bahasa akan memberikan bukti
Sesiapa berucap melanggar kerukunan akan dibayar beribu kutukan
Bagaimana Strategi Yang Baik Untuk Mengajarkan Fisika Kepada Siswa?
“fisika itu susah”. Kalimat paling menyeramkan ketika masuk SMA adalah mendengar pengalaman orang-orang tentang susahnya belajar fisika di SMA, walaupun sebenarnya di SMP sudah dipelajari secara sederhana. Fisika memang menjadi momok yang melegenda tentang bagaimana susahnya fisika dipelajari, ada anggapan yang bisa fisika itu hanya orang-orang pintar dan juara kelas saja, murid-murid peringkat sepuluh kebawah pasti mengelus dada menutup kuping kalau dengar kata “fisika”. Ini terbukti dari hasil tes ujian nasional tahun 2019 di laman web puspendik yang menunjukkan rata-rata nilai fisika apalagi di jurusan IPA sendiri mendapat nilai di bawah 50, lebih kecil dari matematika dan kimia.
Itu juga yang saya rasakan saat mengawali belajar di SMA, di SMP dulu saya mendapat pelajaran biologi dan fisika dalam satu atap IPA, jadi tidak terlalu memahami perbedaan antara fisika dan biologi secara eksplisit ditambah dengan mata pelajaran baru yang tidak dipelajari di SMP yaitu Kimia. Bagi saya kelas pertama dari mata pelajaran tersebut begitu menyeramkan, sebelum guru masuk seperti ada hawa-hawa mistis yang menyelimuti, merinding. Tapi semua yang dibayangkan berbeda setelah guru fisika pertama saya masuk kelas.
Kesan pertama dari seorang guru akan sangat menentukan respon yang diberikan murid kepada pelajaran sampai materi selasai. Guru saya pertama kali membuka pintu memberikan senyuman terbaiknya, beliau sudah agak berumur tapi sangat semangat mengajar, maka hal pertama yang dilakukan bukan memberikan materi fisika yang snagat tiba-tiba tapi menanyakan “bagaimana rasanya sudah duduk di bangku SMA?” beliau mengatakannya dengan senyum. Nah, itu salah satu kesan terbaik pada fisika. Ini berlaku disetiap pertemuan fisika bersama beliau, beliau membangun suasana menyenangkan, kadang kalau fisika ditempatkan setelah jam istirahat beliau membuat lelucon atau tebak-tebakan yang membuat satu kelas tertawa, yaaa walaupun tidak menutup kemungkinan materi yang akan dipelajari langsung membuat raut muka berubah. Kesan pertama membangun motivasi.
Membangun motivasi dengan kelugasan komunikasi. Mungkin pengalaman bersama teman yang humble diberbagai kondisi akan membantu calon guru belajar berkomunikasi yang baik. Spontan berbicara untuk membangun motivasi sering dilakukan guru saya, kadang di tengah tengah pelajaran jika kami sudah terlihat lelah guru saya tiba-tiba berhenti menjelaskan dan berbicara tentang pengalamannya saat kuliah, ini guru sejarah saya yang baru lulus kuliah, tapi memungkonkan juga untuk guru fisika, kan?. Beliau banyak menceritakan kegiatannya saat di organisasi kampus, atau kadang tiba-tiba bertanya seperti ini “Andri semalam mimpi ga?” random, tapi membuat kami yang mengantuk tiba-tiba terkejut. Natural begitu saja tanpa terlihat kesan dipaksakan atau terlihat seolah-olah itu memang strateginya, tidak terlihat sama sekali, jka sudah selesai beliau mengajak ngobrol tiba-tiba juga beliau langsung kembali menjelaskan meteri, timing-nya pas.
Menguasi materi adalah hal yang paling mutlak. Penguasaan materi garis keras harus menjadi prinsip seorang guru, kenapa? Karena kalau tiba-tiba murid bertanya diluar apa yang dibayangkan oleh guru dan guru tidak bisa menjawab, maka itu akan menjadi boomerang. Ini termasuk dengan urutan mengajar yang sistematis. Guru harus menguasi materi supaya dapat membangun kepercayan bahwa seorang guru ini dapat mengajarkan kami dengan baik. Tanpa kerpercayaan mengajar, guru bukanlah guru.
Mengaitkan materi fisika dengan kehidupan sehari-hari. Kesan pertama sangat penting dalam setiap pertemuan seperti yang sudah dijelaskan di atas, guru fisika saya ketika masuk kelas, beliau tidak langsung mengajar, atau bahkan mengabsen, ini menjadi daftar terakhir dalam startegi belajar yang beliau susun. Setalah meletakkan tasnya di meja beliau menyalakan laptop, sambil menunggu laptop menyala beliau bercerita, “tadi pagi saya naik motor, di belokkan motor saya tiba-tiba mau jatuh, oleng kayak selip gitu”. Dalam pikiran saya “licin kali jalannya?”, guru saya melanjutkannya dengan bertanya “kira-kira kenapa?” sontak teman-teman saya menjawab, licin kali pak, pas belok bapak sambil ngerem, kekencengan kali pak, becek kali pak, hilang keseimbangan pak, bapak lemes ya pak. Jawaban dari yang masuk akal sampai ga masuk akal beliau terima dengan senyuman, jauh dari kesan guru killer yang tidak peduli murid.
Saya pikir memang pagi itu beliau mau jatuh saat mengendari motor, tapi, tiba-tiba slide pertama yang ditampilkan di layar ada gambar motor yang hampir jatuh di belokkan. Soo, itu adalah stimulus yang bisa berliau berikan kepada kita yang membuat kita berpikir “kenapa ya?” sampai menjawab nya dengan antusias tanpa ada tekanan apapun, hari itu kami belajar tentang gaya gesek. Sampai sekarang saya ingat. Kalau motor mau belok tapi oleng mungkin karena gaya geseknya atau gaya sentripetalnya tidak seimbang. Sangat berkesan.
Reward. Fisika sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, agar murid merasakan aplikasi fisika dalam kehidupan maka guru perlu membawa kehidupan yang berkaitan dengan fisika kedalam kelas, sebagai tambahan agar lebih bersemangat adalah dengan reward, misalnya saat menjelaskan meteri grafitasi, guru bisa membawa apel dan mencontohkannya dengan menjatuhknnya di atas kepala seperti apa yang dialami newton. Jika ada murid yang memberikan pendapatnya dengan benar apel tersebut bisa dijadiknnya reward dengan memberikan kepada murid yang menjawab benar. Atau misalkan saat quiz guru bisa memberikan coklat sebagai hadiah kepada murid yang mendapat nilai tinggi ini bisa juga dijadikan sebagai motivasi. Atau memberikan nilai tambahan untuk murid yang berani maju mnejawab soal di depan kelas. Nah, kalo ini bisa menjadi stimulasi atau semacam latihan percaya diri sisiwa untuk berani maju dan mendapat reward.
Sering-sering mengadakan eksperimen. Hal yang paling ditunggu-tunggu adalah percobaan mencampur-campur larutan, eksperimen, bisanya ini yang paling berkesan. Eksperimen menurut saya sudah memiliki kesan tersendiri dalam benak murid, tinggal bagaimana guru mengemasnya dengan sangat menyenangkan, fun doing. Memang kebanyakan eksperimen hanya membuktikan konsep, tidak mengajak murid menemukan konsep, apalagi mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tapi coba dikemas dengan berbeda seperti misalnya mengaitkannya dengan fenomena dialam. Guru dapat memberikan banyak pertanyaan langsung ketimbang mengisi modul paktikum “kok bisa ya kayak gini, menurut kalian kenapa?” “kalau misalnya bahannya diganti ini akan jadi seperti apa?” atau dengan membanding kan “coba lihat kelompok di depan, mereka hasilnya beda”. Secara ga langsung, ini menjadi stimulus mereka dalam mencari jawaban dengan berpikir kritis, banyak pertanyaan “kenapa?” bisa memberikan motivasi lebih untuk mereka mendapatkan konsep dari menganalisis. Kemudian ditambahkan dengan aplikasi di kehidupan sehari-hari, seperti misalnya jika sedang eksperimen bandul dapat dibuat pertanyaan “bagaimana dengan bumi? Kok bisa berotasi dengan baik tanpa benang?” (walaupun kurang nyambung, ini bisa tetap jadi stimulus) atau praktikum lain “kalau di bumi tidak ada magnet apa yang terjadi? Apakah besi akan melayang?” pertanyaan-pertanyan tersebut akan menjadi stimulus murid untuk membayangkan dan berimajinasi tentang fenomena-fenomena yang terjadi disekitar mereka, dengan cara berpikir kritis mereka akan dapat mengaitkan berbagai macam konteks sehingga ditemukan sebuah kesimpulan yang eksplisit dan mendapatkan konsep yang tepat.
Jadi, pengalaman yang saya dapat menjadi seorang murid dari melihat banyaknya guru yang telah mengajarkan saya ilmu yang luar biasa adalah bagaimana cara mengajar yang menyenangkan yang berkesan dan tidak membuat murid tertekan bahkan sampai membenci satu mata pelajaran. Semua strategi yang dirancang dalam mengajar adalah baik tinggal bagaimana cara guru mengaplikasikannya di kelas. Jadi yang harus saya lakukan sebagai calon guru sekarang adalah terus menerus belajar menguasi materi dan sekaligus berlatih bagaimana menjadi guru yang menyenangkan dengan melihat latar belakang murid secara menyeluruh.