Sarah menghampiri Fajar yang sedang duduk di bangku panjang di taman tempat mereka biasa bermain sambil memegang air mineral dingin yang baru dibelinya. Setelah Sarah duduk, Fajar menatap wajah Sarah dengan sabit yang menggantung di bibirnya. Sebenarnya akan selalu ada seribu pertanyaan yang hadir ketika Fajar bersama Sarah, gadis berkulit manis yang telah bersamanya sejak SMP itu, kali ini Fajar menanyakan sesuatu yang pernah ditanyakannya pada Sarah beberapa kali sebekumnya, bahkan pertanyaan itu selalu membosankan bagi Sarah.
"Sarah, kenapa namamu Sarah? kenapa tidak Senja saja ya?" Fajar bertanya dengan siap menerima pukulan sarah yang selalu mampir ke pundaknya saat Fajar menanyakan itu. Tapi kali ini Sarah menjawab dengan berbeda.
"Fajar, aku sangat bosan mendengar pertanyan itu, kalau aku jawab kali ini, apakah kamu akan berhenti bertanya?"
Fajar yang telah menyiapkan diri untuk dipukul agak sedikit heran. Tumben sekali, gadis tomboy ini tidak memukulku? apakah dia memang sudah benar-benar bosan? apakah aku sudah sangat membosankan? ah, sepertinya dia kehabisan tenaga setelah berlarian kesini. Tapi, Sarah, aku kaget dengan responmu yang tidak biasa ini, aku harap kamu tidak menjawab apa-apa, aku lebih senang kamu memukulku, agar aku bisa terus bertanya hal yang sama padamu, gumamnya dalam hati.
"Fajar, dulu kau pernah bilang, aku ingin menamiku Senja agar serasi dengan namamu, iyakan?"
"Iya, itu akan menjadi nama yang sangat bagus untukmu, snagat serasikan nama kita"
"Tapi Fajar, fajar dan senja itu tidak akan pernah bertemu"
Mendengar jawaban Sarah itu membuat tubuh Fajar kelu, tidak mampu merespon, dia amat kaget akan Sarah yang menanggapi pertanyaan gurauan yang sering diucapkannya ini dengan sangat berbeda dari yang biasanya hanya memukul pundaknya. Bahkan Fajar tidak pernah memikirkan itu. Fajar hanya menyandingkan Senja dengan namanya, karena baginya itu amat serasi fajar dan senja yang senantiasa hadir dilangit menaungi bumi dengan sejuk. Tapi tidak bagi Sarah, pertanyaan yang terus berulang, membuatnya berpikir, berpikir lebih keras untuk menemukan jawaban selogis mungkin, dan Sarah menemukan jawaban yang tidak pernah disukainya.
"Fajar selalu datang pagi-pagi gara manusia bisa memulai hari untuk berbahagia, dalam hari itu manusia akan mengisi semua aktifitasnya dengan suka cita, aku suka namamu, Fajar. tapi senja? senja datang untuk mengakhiri hari, Fajar. Manusia mendatanginya dengan rasa lelah karena telah seharian bahagia mereka sudah dihabiskan menyisakkan dingin yang selalu menyelimuti malam, mengawali gelapnya gulita dengan kesendirian masing-masing, sunyi sekali. Aku tidak suka nama Senja kau buatkan untuku, Fajar."
Fajar yang mendengarkan jawaban Sarah tanpa berkedip itu, benar-benar melihat rasa tidak sukanya di mata Sarah. Sebenarnya bukan itu maksud Fajar, ada arti lain dalam senja yang ingin diberikannya pada Sarah. Tapi, Fajar tidak pernah suka berdabat dengan Sarah, gadis yang telah dikenalnya hampir 5 tahun itu, dia akan selalu mengalah, maka Fajar menjawabnya dengan wajah yang pura-pura mengiyakan ditambahi senyum "Iya juga ya? Senja tidak akan pernah bertemu fajar"
"Makanya, kamu jangan pernah bertanya itu lagi. Ah, aku membayangkan jika aku tidak pernah bertemu denganmu karena namaku Senja"
Fajar tertegun lagi "maksudnya bagaimana?"
"kalau namaku Senja, mungkin saja kita benar-benar bertemu dan duduk berdua di sini"
"tapikan, kita sekarang sedang duduk di sini"
"makanya aku bersyukur namaku Sarah, dan bisa bertemu denganmu"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar