Sabtu, 11 Juli 2020

Setelah (Puisi)



Mungkin kita lupa, hakikat hidup bersama
Merajut damai dan merengkuh sahaja
Saat tempat hancur merata oleh buta
Menyisakan abu, yang tua karena bahasa
Menangisi kenang, yang rapuh akibat kata

Si Jumawa, beranggap memberi hidup ribuan mereka adalah kuasa
Si mereka meronta, atas ketidakpedulian dan ego dari niat berbeda pemilik harta
Jelas, neraca penghidupan memang tidak pernah seimbang dirasa

Aih aih.
Dekil, kumuh, rusuh
Yang  pintar pura-pura tuli
Yang mampu pura-pura bisu
Tersirat, sedih, sakit, sekarat
Ada yang berucap: biarkan, mereka, bukan siapa-siapa

Tenang, tenang
Yang Maha Kuasa akan mengenang
Ssstt, ssstt, ini rahasia
Setalah berucap, semua dicatat malaikat

Maka, kalimat-kalimat akan memberikan fakta
Sesiapa berucap menepati damai akan dibayar dengan rengkuhan sahaja
Dan, bahasa-bahasa akan memberikan bukti
Sesiapa berucap melanggar kerukunan akan dibayar beribu kutukan

Hati-hati setelah... berucap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar