Tidak banyak yang aku lakukan, bohong juga kalau aku jawab "aku produktif selama dirumah". Bagaimana dengan kalian? Kalau boleh aku tanya, apa kalian baik-baik saja?
Kalian tahu tidak? Waktu-waktu sulit setiap orang memiliki jangka masa-nya sendiri. Aku dengan masa sulitku, yaaa, yang aku rasa beberapa waktu berhasil aku lewati, walaupun beberapa juga diantaranya masih terbayang-bayang dalam pikiran. Apa kalian juga sama? Eh, ko aku jadi banyak nanya ya. Maaf, hehehe.
Apa kabar kalian? Baik-baik sajakan? Harusnya diawal tulisan ini aku bertanya seperti itu, dengan lamah lembut, tapi malah tulisan ngeselin yang dibuat. Duh dasar aku.
Kabar. Bagaimana dengan kabar diri sendiri hari ini, iya hari ini, di hari yang begitu dingin karena hujan semalam.
Aku, selalu kesulitan menjawab pertanyaan itu.
"Apa kabar?"
"Bagaimana kabarnya?"
"Apa kamu baik-baik saja?"
Kalau boleh diam, aku lebih pilih diam, tidak menjawab. Tapi bukankah itu menyakitkan bagi "dia" yang bertanya? Jadi, meski dengan "berbohong" aku akan tetap menjawab, pertanyaan yang rasanya begitu menyesakkan ketika mendengarnya, aku jawab dengan senyum yang dihiasi kebohongan, hanya untuk terlihat "sopan".
Lagi pula, kenapa mereka tega sekali bertanya, padahal mereka tahu bagaimana kondisi kita. Maksudnya mereka yang bertanya kebanyakan yang sering berinteraksi dengan media sosial seperti WA atau IG, mereka ada dalam list " Viewed by" kita. Harusnya mereka tau. Sebel jadinya.
Kalian tahu tidak, bagiku pertanyaan itu adalah pertanyaan sakral. Hanya orang-orang yang aku izinkan yang boleh bertanya kepadaku. Wah, dari kelimat ini bukankah aku terlihat egois dan sombong? Hehe.
Tapi begitu prinsipku.
Aku tidak suka pertanyaan itu karena aku harus mati-matian mencari jawaban bohong, jawaban yang tidak akan menyakiti mereka yang bertanya, jawaban yang memberikan kepuasan kepada mereka yang bertanya agar mereka tidak menyesal telah bertanya itu kepadaku. Bukankah itu sangat sulit? Apakah kalian sama denganku?
Ah iya, bagiku pertanyaan sakral ini harus dijawab dengan jujur, mungkin karena harus jujur maka aku bisa bilang pertanyaan ini adalah sakral. Jawaban yang jujur, yang akan aku jawab kepada orang-orang yang aku izinkan atas pertanyaannya. Akan lebih menyenangkan jika pertanyaan tersebut diiringi dengan keluh kesah. Rasanya bakal melegakan ya, kalau satu pertanyaan itu bisa dijawab sekaligus dengan keluhan, meskipun sebatas keluhan saat dijalan pulang kuliah.
Iya, benar. Pertanyaan itu mutlak milik orang tuaku. Yang tidak akan pernah lelah dengan jawaban keluhanku dari satu pertanyaan "gimana kabarnya?", yang akan selalu setia mendengarkan jawabanku walau dua kata itu dijawab seribu kata, hanya mereka yang akan amat senang dengan jawaban dari kesedihanku. Bagaimana mungkin mereka tergantikan? Pertanyaan itu benar-benar mutlak milik orang tuaku.
Tapi, menurut kalian. Bagaimana "apa kabar?" dalam benak kalian?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar